Indentifikasi MB Dengan Melihat Pola Ekor Burung Murai

Indentifikasi MB Dengan Melihat Pola Ekor Burung Murai

Pola ekor burung murai mempunyai keunikan sendiri, karena setiap jenis burung ini cenderung memiliki pola yang khas sehingga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi jenisnya.

Burung ini wilayah persebarannya sangat luas dari Asia Tenggara (Indocina, Indonesia, Malaysia, dan Thailand) hingga Asia Selatan (seperti Burma, Srinlangka, Nepal, dan India). Juga pernah dijumpai di sebagian wilayah China bagian selatan, bahkan di kepulauan Hawai.

burung murai
burung murai

Di tanah air, burung murai batu memang sudah sangat populer, tidak heran jika kita dengan mudah menjumpainya di banyak kontes burung, bahkan kelas burung murai dalam perlombaan sering menjadi salah satu ajang paling bergensi yang ditunggu-tunggu!

Hadiah dalam perlombaan tersebut juga tidak bisa dipandang sebelah mata, sehingga harga burung ini cukup melambung tinggi.

Harganya mulai dari rentang Rp. 500 ribuan, hingga jutaan tergantung dari kualitas dan keunikan yang dimilikinya.

Misal untuk burung yang telah memenangkan kontes, harganya bisa membuat kita sedikit banyak mengerutkan dahi.

Di satu sisi, harga yang menjanjikan ini tentu saja hal yang menggembirakan bagi yang memeliharanya, namun di sisi lain bisa membuat banyak orang tertarik untuk menangkapnya sehingga keberadaannya di alam liar semakin terancam.

Kabar baiknya burung ini bisa ditangkarkan, dengan demikian keberadaannya setidaknya tetap bisa dipertahankan untuk anak cucu kita.

Seperti kita ketahui burung murai batu jenisnya cukup banyak, dan salah satu daya tariknya adalah ekor panjangnya yang indah elok dipandang.

Tanpa basa-basi berikut beberapa pola ekor burung murai batu, dimana setiap polanya memiliki keunikan yang khas.

Pola Ekor Murai Batu Medan

Ada banyak cara mengelompokkan jenis burung murai batu, dan salah satu sistem pengelompokkan yang paling populer adalah berdasarkan asal burung tersebut.

burung murai batu medan
burung murai batu medan

Salah satunya adalah murai batu Medan, karena dipercaya berasal dari Medan (tepatnya hutan Bukit Lawang dan Bohorok), meskipun juga dapat dijumpai di daerah lain seperti di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh).

Panjang ekor jenis ini sekitar 27 s.d 30 cm, dengan motif bulu ekornya cukup tips berwarna hitam horizontal dan sisanya (4 bulu ekor lainnya, lebih pendek) berwarna putih.

Salah satu hal yang unik adalah kemampuan bulu ekornya yang bisa berdiri tegak bahkan nyaris menyentuh kepala ketika burungnya sedang berkicau.

Bulu ekor yang panjang bentuknya lebih cenderung melengkung, sedangkan yang pendek biasanya lebih lurus.

Ciri khas lainnya:

  1. Bulu gelapnya seringkali terlihat mengkilap.
  2. Warna kakinya juga cenderung gelap meskipun ada sedikit warna merah, serta terdapat sisik mirip seperti pola sisik buah salak.
  3. Ukuran tubuhnya besarnya di atas rata-rata dibanding jenis murai batu lainnya, meskipun tidak sebesar murai Lampung.
  4. Biasanya berdiri lebih tegap.

Selain suara kicauan dan keindahan bulu, ukuran badan murai ini juga bisa berperan pada nilai harganya di pasaran.

Jenis ini bisa ditangkarkan, walaupun tidak semua orang bisa melakukannya karena dibutuhkan keahlian tersendiri (terutama pada tahap mengawinkan jantan dan betinanya yang sering kali membutuhkan kesabaran ekstra).

Murai Batu Nias

Seperti nama panggilannya, kebanyakan orang percaya burung ini berasal dari pulau Nias (masih di wilayah Sumatera Utara), meskipun faktanya juga ditemukan di pulau Mentawai (provinsi Sumatera Barat) dan Aceh.

Salah satu keunikan jenis ini adalah pola warna hitam yang homogen (tidak ada warna lain) pada ekornya, sehingga juga sering kali kita namai Black Tail Shama (murai ekor hitam).

burung murai batu nias
burung murai batu nias

Panjang ekornya bervariasi, tapi kebanyakan lebih pendek dibanding murai Medan yaitu hanya sekitar 10 s.d 12 cm.

Ada juga beberapa murai Nias yang memiliki panjang ekor hingga 14 s.d 16 cm, untuk jenis ini biasanya dipanggil murai Nias Raja karena ukuran bulu ekornya yang lebih panjang menjuntai.

Dulu jenis ini sering dianggap remeh karena jarang menjuarai lomba. Namun tren ini sedikit berubah setelah cukup banyak murai Nias yang bisa juara di banyak perlombaan baik itu tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Murai Nias memiliki mental fighter yang kuat, sehingga cukup bisa diandalkan untuk bertarung dan mengeluarkan kemampuan kicauannya secara maksimal saat lomba.

Murai batu Lampung

Habitat aslinya adalah di wilayah hutan provinsi Lampung, termasuk di sekitar gunung Krakatau. Dan telah menyebar hingga hutan-hutan di wilayah Rian dan Jambi.

Seperti halnya kebanyakan murai batu lainnya, murai Lampung juga sudah sangat jarang kita temukan di alam liarnya.

Pola ekor jenis murai batu Lampung biasanya memiliki bulu yang lurus dan relatif pendek dibanding jenis lainnya (hanya sekitar 10 s.d 16 cm).

Warna bulunya terdapat dua warna yang mendominasi, yaitu hitam dan putih, di mana bulu yang berwarna hitam terlihat membelah ekor secara vertikal.

burung murai batu lampung
burung murai batu lampung

Badan relatif lebih kecil ukurannya, selebihnya hampir sama dengan jenis murai Sumatera lainnya.

Ekornya yang pendek mungkin sedikit berpengaruh untuk menjaga kestabilan staminanya sepanjang hari, dengan stamina yang lebih ini burung seharusnya akan lebih sering berkicau.

Sayangnya murai Lampung seringkali memiliki mental fighter yang lemah, jika ketemu lawan lainnya yang lebih dominan, bisa mudah down dan sulit untuk berkicau (tentu bukan hal yang bagus saat lomba).

Hal unik lainnya, jenis ini sering terlihat menaik-turunkan kepalanya saat bertarung dalam lomba, sangat mirip dengan murai Borneo, bedanya murai Lampung biasanya tidak menggembangkan bulu dadanya.

Murai Batu Jawa

Kebanyakan orang Jawa memanggilnya Larwo (dengan nama latin Copsychus malabaricus ssp Javanus) dan termasuk hewan langka karena keberadaanya di alam liar hampir punah, bahkan juga tidak banyak pencinta burung yang memilikinya.

Awal mulanya, Larwo tidak dianggap sebagai salah satu jenis murai batu, karena mungkin suaranya yang tidak se-variatif jenis murai lainnya.

Pola ekor tidak jauh beda dengan murai berasal dari Sumatera (kecuali murai Nias), di mana juga masih didominasi bulu berwarna hitam dan putih.

burung murai batu jawa
burung murai batu jawa

Perbedaan yang terlihat jelas adalah pada ukuran badannya, bisa dibilang kecil dibawah rata-rata, sehingga bulu ekornya yang aslinya pendek terlihat lebih panjang.

Ciri khas lainnya adalah kepalanya yang seolah-olah memiliki jambul karena bulu diatas kepala sering berdiri (jabrik) ketika bersiul.

Selain itu, bulu hitam pada bagian bawah badan mencapai area perut (seperti burung kacer), sedangkan kita tahu kebanyakan murai Batu lainnya hanya sampai area dada saja.

Murai Batu Kalimantan (Borneo)

Jika dilihat fisiknya secara sekilas, tidak terdapat perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan jenis murai lainnya (kecuali murai dengan kepala putih).

Namun jika kita cermati, pola ekornya sedikit berbeda di mana pertumbuhan bulu ekor warna hitam dan putih nyaris seragam.

burung murai batu kalimantan
burung murai batu kalimantan

Dengan kata lain, perbedaan panjangnya tidak terlalu jauh (jarak antara bulu ekor hitam dan putih cukup berdekatan).

Selain itu, ekornya cenderung kaku dan lurus (karena ukurannya pendek, bisa dikatakan hampir sama panjangnya dengan ukuran tubuhnya).

Hal yang menarik lainnya adalah bagian dadanya yang secara fisik terlihat lebih kembung (gemuk) di bagian dada.

Murai asal pulau Kalimantan ini jenisnya lebih dari satu, diantaranya adalah murai batu Banjar (meliputi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan) dan Palangka (tersebar di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah).

Tipe Banjar biasanya memiliki ekor yang lebih panjang dibanding tipe Palangka!

Demikian sedikit ulasan tentang beragam jenis burung murai dan keunikan pola ekornya,

Semoga bermanfaat.

Baca juga